Valuasi Saham Menarik dan Fundamental Kokoh, Deretan Emiten Ini Layak Jadi Pilihan Investasi

Temukan daftar saham dengan valuasi menarik dan kinerja fundamental yang solid, potensi cuan jangka panjang yang layak dikoleksi oleh investor cermat.

Jul 15, 2025 - 15:40
 0  1
Valuasi Saham Menarik dan Fundamental Kokoh, Deretan Emiten Ini Layak Jadi Pilihan Investasi

Di tengah gejolak pasar modal yang sering kali menimbulkan kegelisahan, ada kalanya peluang emas justru datang dari saham-saham dengan valuasi yang dianggap murah. Bagi para investor yang jeli, kondisi inilah yang sering dijadikan momen untuk menambah koleksi portofolio. Tidak sedikit analis dan pengamat pasar yang menilai bahwa beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menawarkan valuasi yang lebih rendah dibanding potensi kinerjanya.

Hal ini juga tercermin dari laporan terbaru yang menunjukkan sejumlah saham tetap menarik untuk diakumulasi. Apalagi jika melihat fundamental perusahaannya yang solid, prospek jangka panjangnya masih menjanjikan, meski saat ini harga sahamnya berada di level yang relatif rendah. Faktor inilah yang kerap memancing minat investor, terutama mereka yang memegang prinsip investasi value investing.

Beberapa sektor bahkan diyakini masih undervalue dan belum sepenuhnya mencerminkan potensi bisnis di masa depan. Salah satunya adalah sektor perbankan. Meski secara industri sudah pulih pascapandemi, beberapa bank masih diperdagangkan di harga yang menarik. Likuiditas terjaga, laba stabil, dan ekspansi digital menjadi kombinasi yang membuat emiten perbankan tetap jadi incaran.

Selain perbankan, sektor energi juga tak kalah menjanjikan. Di tengah dinamika harga komoditas global, perusahaan energi dalam negeri dinilai masih punya ruang tumbuh. Terlebih, sebagian besar emiten energi di Indonesia masih konsisten mencetak laba bersih yang sehat, didukung permintaan domestik yang relatif stabil. Di sisi lain, adanya transisi energi membuat pelaku usaha di sektor ini juga mulai melakukan diversifikasi ke energi terbarukan, yang pada akhirnya berpotensi menambah pendapatan di masa depan.

Di luar dua sektor tersebut, saham-saham konstruksi pun masih sering dilirik. Meski di masa lalu sempat tertekan akibat pandemi dan restrukturisasi proyek, banyak analis yang memprediksi perbaikan kondisi fiskal pemerintah akan mendorong realisasi proyek infrastruktur strategis. Hal ini menjadi katalis positif bagi emiten konstruksi untuk kembali bangkit.

Para investor retail pun mulai melihat peluang ini. Dengan pendekatan analisis fundamental, mereka tak hanya fokus pada harga yang murah, tapi juga pada rasio keuangan perusahaan seperti price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV). Rasio ini menjadi indikator apakah sebuah saham diperdagangkan di bawah nilai wajarnya. Jika PER dan PBV di bawah rata-rata industri, maka saham tersebut berpotensi memberikan keuntungan optimal saat kondisi pasar pulih.

Menariknya, di tengah ketidakpastian global, arus modal asing pun masih masuk ke pasar modal Indonesia. Hal ini menjadi sinyal bahwa investor institusi internasional juga menilai valuasi pasar Indonesia masih atraktif. Tidak jarang, dana asing justru memperkuat sentimen positif dan menambah kepercayaan investor lokal untuk menambah kepemilikan saham.

Sebagai contoh, beberapa bank besar mencatatkan kinerja impresif dengan pertumbuhan laba yang signifikan. Meski demikian, harga sahamnya belum sepenuhnya mencerminkan kinerja tersebut. Ini membuka ruang bagi investor jangka panjang untuk mengoleksi dengan potensi capital gain di masa mendatang. Ditambah lagi, pembagian dividen rutin menjadi daya tarik tersendiri.

Emiten energi seperti perusahaan batu bara dan minyak bumi juga tidak ketinggalan. Harga komoditas global yang fluktuatif memang membuat saham sektor ini cenderung naik-turun. Namun, perusahaan yang memiliki kontrak jangka panjang dan cadangan melimpah dinilai tetap punya pondasi yang kuat. Beberapa emiten bahkan sudah mulai merambah proyek hilirisasi untuk menambah nilai tambah produknya.

Sementara itu, sektor konstruksi yang sempat lesu kini mulai menunjukkan geliat positif seiring dengan dimulainya proyek-proyek infrastruktur besar. Pemerintah yang terus mendorong pembangunan jalan tol, bendungan, dan kawasan industri menjadi angin segar bagi emiten konstruksi pelat merah maupun swasta. Dengan penataan ulang strategi keuangan dan pembenahan manajemen, beberapa perusahaan konstruksi diprediksi mampu kembali mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang solid.

Dalam memilih saham undervalue, investor tentu tak bisa hanya mengandalkan kabar atau tren sesaat. Dibutuhkan riset mendalam, membaca laporan keuangan terbaru, memantau kebijakan manajemen, serta memahami arah kebijakan pemerintah yang bisa mempengaruhi sektor terkait. Selain itu, pengelolaan risiko tetap harus diperhatikan, sebab meski valuasi menarik, risiko bisnis tetap ada.

Bagi mereka yang mengincar keuntungan dividen, saham-saham blue chip dengan track record pembagian dividen yang konsisten masih jadi primadona. Apalagi jika emiten tersebut memiliki arus kas yang sehat dan beban utang yang terkelola dengan baik. Saham seperti ini cenderung lebih tahan banting di tengah tekanan pasar.

Masa depan pasar modal Indonesia pun diprediksi masih cerah, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil. Sektor-sektor defensif seperti telekomunikasi, barang konsumsi, dan kesehatan juga bisa dipertimbangkan sebagai alternatif diversifikasi portofolio. Perusahaan di sektor ini umumnya memiliki permintaan yang stabil meskipun kondisi ekonomi bergejolak.

Melihat hal tersebut, para analis biasanya merekomendasikan investor untuk tetap memegang prinsip diversifikasi agar risiko bisa diminimalisir. Artinya, jangan hanya terpaku pada satu sektor saja, meskipun valuasinya tampak menggiurkan. Dengan portofolio yang seimbang, potensi keuntungan lebih terjaga sekaligus meminimalkan kerugian.

Selain itu, momentum pasar juga patut diperhatikan. Ada kalanya saham undervalue butuh waktu lebih lama untuk naik ke harga wajar. Namun, bagi investor yang sabar dan memiliki horizon investasi jangka panjang, potensi cuan dari saham semacam ini bisa lebih besar dibanding sekadar mengikuti tren harian.

Fenomena ini juga memperlihatkan bahwa pengetahuan dasar membaca laporan keuangan perusahaan sangatlah penting. Rasio-rasio keuangan, arus kas, margin laba, hingga strategi ekspansi harus benar-benar dipahami sebelum memutuskan membeli saham. Dengan begitu, keputusan investasi tidak hanya berdasarkan rumor pasar, tetapi benar-benar data dan analisis mendalam.

Di tengah optimisme tersebut, para pelaku pasar juga diingatkan agar tetap bijak dalam mengambil keputusan. Strategi beli bertahap atau dollar cost averaging (DCA) sering kali dipakai investor untuk meminimalkan risiko volatilitas. Cara ini terbukti efektif menjaga psikologis investor agar tidak mudah panik saat pasar mengalami koreksi mendadak.

Kesadaran akan pentingnya literasi keuangan dan edukasi pasar modal juga semakin meningkat. Banyak investor muda kini lebih melek informasi dan mulai aktif berinvestasi dengan pertimbangan matang. Platform digital dan kemudahan akses data keuangan membuat analisis saham bukan lagi hal sulit dilakukan oleh investor individu.

Pada akhirnya, valuasi menarik hanyalah salah satu faktor yang bisa jadi pertimbangan. Fundamental perusahaan, rekam jejak manajemen, kondisi makroekonomi, serta perkembangan regulasi akan selalu mempengaruhi arah pergerakan harga saham ke depan. Oleh karena itu, penting bagi setiap investor untuk tetap up to date dengan informasi terbaru dan tidak ragu berkonsultasi dengan pihak yang lebih berpengalaman.

Dengan memadukan informasi yang akurat, strategi investasi yang tepat, serta kesabaran, peluang meraih keuntungan optimal dari saham-saham undervalue dengan fundamental solid tetap terbuka lebar.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0