Gunungan Cuan Saham Milik Hashim Djojohadikusumo Bikin Investor Ritel Ramai-ramai Serbu Emiten Terkait
Saham-saham milik Hashim Djojohadikusumo kembali jadi sorotan karena mencetak kenaikan signifikan. Investor ritel tak mau ketinggalan momen, berburu cuan dari emiten-emiten yang dikaitkan dengan adik Prabowo Subianto ini. Faktor apa saja yang bikin sahamnya melesat?

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia awal pekan ini kembali diwarnai cerita menarik dari kelompok saham milik tokoh nasional Hashim Djojohadikusumo. Beberapa emiten yang dikaitkan dengan adik Prabowo Subianto ini sukses menorehkan lonjakan harga signifikan, membuat para trader ritel berebut masuk demi meraih cuan dalam waktu cepat.
Lonjakan harga saham grup Hashim bukan kali pertama terjadi. Sejak awal tahun, sejumlah investor sudah menaruh perhatian pada pola pergerakan saham-saham yang dikaitkan dengan Hashim Djojohadikusumo. Banyak yang meyakini prospek bisnis emiten-emiten ini masih menyimpan potensi pertumbuhan, terutama di sektor energi dan pertambangan.
Salah satu emiten yang jadi perbincangan hangat adalah PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA). Saham TOBA melonjak signifikan pada perdagangan Senin, 14 Juli 2025. Kenaikan ini bukan sekadar teknikal, melainkan juga ditopang sentimen positif di sektor energi, termasuk optimisme harga batu bara yang kembali stabil di pasar global.
Sebagai informasi, TOBA memang bukan pemain baru di industri energi. Sejak lama, perusahaan ini dikenal sebagai salah satu produsen batu bara yang aktif mengekspor ke berbagai negara, termasuk China dan India. Hubungan perdagangan energi antara Indonesia dengan pasar Asia Timur menjadi tulang punggung yang menjaga arus kas TOBA tetap kuat di tengah fluktuasi harga komoditas global.
Selain TOBA, emiten lain yang sering diasosiasikan dengan Hashim adalah PT Pelsart Tambang Kencana Tbk. Meski kurang sepopuler TOBA, saham Pelsart juga sempat mencuri perhatian pasar karena pola kenaikan harganya yang tiba-tiba menanjak dalam waktu singkat. Pola reli mendadak inilah yang sering memancing trader momentum untuk masuk, berharap meraih selisih harga alias cuan dalam hitungan hari.
Dari sisi sentimen makro, sektor energi memang sedang menikmati angin segar. Kebutuhan batu bara global tetap tinggi di tengah upaya beberapa negara untuk menyeimbangkan transisi energi hijau dengan kebutuhan energi primer yang masih besar. Indonesia sebagai salah satu eksportir utama tentu diuntungkan, dan emiten-emiten yang memiliki lini tambang solid seperti TOBA berada di posisi yang strategis.
Beberapa analis berpendapat bahwa investor ritel perlu mencermati faktor fundamental di balik reli saham grup Hashim Djojohadikusumo. Meski kenaikan harga terlihat menjanjikan, risiko koreksi mendadak juga selalu mengintai. Sebab, lonjakan tajam seringkali memicu aksi ambil untung cepat yang bisa menekan harga turun kembali dalam waktu singkat.
Lonjakan saham grup Hashim juga tak bisa dilepaskan dari euforia pasar yang belakangan menggeliat seiring arus dana asing yang kembali masuk ke bursa Indonesia. Sentimen positif dari China yang merilis data ekonomi lebih baik dari perkiraan menjadi pemicu kenaikan harga komoditas, termasuk batu bara, nikel, dan mineral lainnya.
Selain itu, investor juga melihat adanya prospek diversifikasi bisnis pada beberapa emiten milik Hashim. Beberapa sumber menyebut TOBA tengah menjajaki pengembangan proyek energi terbarukan sebagai langkah adaptasi di tengah tren global yang kian menuntut bauran energi hijau. Diversifikasi ini dipandang positif karena membuka potensi pendapatan baru yang berkelanjutan di masa depan.
Trader harian yang terbiasa berburu saham momentum menilai pergerakan saham grup Hashim cukup menarik karena likuiditasnya mulai meningkat. Volume transaksi harian beberapa kali melonjak di atas rata-rata normal, memudahkan mereka untuk masuk dan keluar posisi dengan cepat. Namun, banyak pula trader senior mengingatkan agar jangan terjebak euforia, apalagi jika beli di harga puncak tanpa strategi exit yang jelas.
Menariknya, fenomena reli saham grup Hashim juga sering dikaitkan dengan dinamika politik. Sebagai adik kandung Presiden terpilih Prabowo Subianto, nama Hashim Djojohadikusumo memang kerap disebut punya pengaruh signifikan di lingkar bisnis nasional. Walau faktor politik tidak serta merta jadi penentu harga saham, spekulasi publik kerap menambah sentimen bagi para trader untuk memborong saham-saham terkait.
Meski demikian, beberapa analis tetap menekankan bahwa kinerja keuangan emiten menjadi fondasi utama yang patut diperhatikan. TOBA, misalnya, memiliki laporan keuangan dengan rasio utang yang terjaga dan arus kas operasional yang positif. Ini memberi ruang bagi perusahaan untuk ekspansi tanpa terbebani risiko gagal bayar atau masalah likuiditas.
Dari sisi teknikal, pola pergerakan TOBA menunjukkan sinyal bullish sejak pekan lalu. Beberapa indikator momentum seperti moving average dan volume transaksi mendukung tren kenaikan jangka pendek. Namun, trader teknikal juga mengingatkan adanya area resistance yang berpotensi memicu koreksi wajar jika aksi ambil untung besar-besaran terjadi.
Sementara itu, investor jangka panjang yang lebih konservatif cenderung menunggu konfirmasi tren harga berikutnya. Beberapa di antaranya memilih memantau laporan keuangan kuartal II yang sebentar lagi akan rilis, untuk menilai apakah lonjakan harga saat ini sejalan dengan kenaikan kinerja fundamental perusahaan.
Fenomena saham grup Hashim Djojohadikusumo juga menambah daftar saham-saham yang ramai diperbincangkan di forum-forum komunitas trader. Di beberapa grup diskusi daring, tidak sedikit trader yang saling berbagi strategi entry dan exit sambil membandingkan pergerakan TOBA dengan saham-saham energi lain seperti ADRO, PTBA, atau ITMG.
Di satu sisi, kondisi pasar global yang masih fluktuatif menuntut kehati-hatian ekstra. Harga batu bara memang menguat belakangan ini, tetapi potensi pembalikan tren selalu ada. Beberapa negara konsumen energi mulai serius meningkatkan porsi energi terbarukan, yang dalam jangka panjang bisa mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Oleh karena itu, investor yang masuk ke saham energi, termasuk emiten grup Hashim, sebaiknya tetap memadukan analisis teknikal dengan pertimbangan makro ekonomi dan fundamental emiten. Bagi trader berpengalaman, volatilitas justru jadi peluang cuan, tetapi bagi investor pemula, fluktuasi ekstrem bisa berujung rugi jika tanpa strategi manajemen risiko yang disiplin.
Di luar faktor batu bara, prospek ekspansi ke energi terbarukan menjadi katalis jangka menengah yang patut dicermati. Sejumlah kabar menyebut TOBA tengah mematangkan rencana proyek pembangkit energi hijau, meski belum banyak detail yang diungkap ke publik. Jika rencana ini terealisasi, perusahaan bisa lebih tahan banting menghadapi tren global dekarbonisasi.
Sementara itu, pelaku pasar menilai kehadiran emiten-emiten grup Hashim di bursa menambah variasi pilihan saham sektor energi. Investor ritel yang haus momentum reli cepat cenderung memasukkan saham-saham ini ke watchlist harian, bersaing dengan saham energi besar lain yang juga menarik perhatian.
Beberapa trader veteran menyebut bahwa reli saham grup Hashim kerap muncul dalam siklus tertentu. Biasanya, kenaikan cepat diikuti fase konsolidasi atau profit taking beberapa hari kemudian. Siklus inilah yang sering dimanfaatkan scalper untuk mendulang cuan cepat, meski risiko nyangkut di harga pucuk tetap terbuka.
Melihat fenomena ini, investor ritel diingatkan untuk tidak hanya terbuai cerita ‘gunungan cuan’ semata. Kombinasi analisis teknikal, kabar korporasi, tren makro ekonomi, hingga sentimen politik harus dijadikan dasar pengambilan keputusan.
What's Your Reaction?






