Bagaimana Nasib BBCA BBRI BMRI Saat Investor Ramai-Ramai Serbu Saham Prajogo Pangestu Energi

Lonjakan minat investor pada saham-saham grup Prajogo Pangestu membuat saham big cap perbankan seperti BBCA, BBRI, dan BMRI bergerak lebih landai. Apa faktor di balik pergeseran minat ini dan bagaimana analis melihat peluang perbankan ke depan? Baca ulasan lengkapnya di artikel ini.

Jul 14, 2025 - 15:54
 0  0
Bagaimana Nasib BBCA BBRI BMRI Saat Investor Ramai-Ramai Serbu Saham Prajogo Pangestu Energi

Pasar modal Indonesia kembali mencatat pergerakan menarik pada perdagangan awal pekan ini. Saat mayoritas pelaku pasar terfokus pada saham-saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, saham-saham perbankan besar justru cenderung bergerak lebih tenang. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana nasib saham BBCA, BBRI, dan BMRI ketika investor sedang ramai memburu saham sektor energi dan petrokimia?

Dalam beberapa sesi perdagangan terakhir, lonjakan minat investor memang lebih banyak mengarah ke emiten-emiten milik Prajogo Pangestu. Saham seperti BREN (Barito Renewables Energy), CUAN (Petrindo Jaya Kreasi), dan BRPT (Barito Pacific) menjadi magnet baru bagi trader harian maupun investor jangka menengah. Tingginya minat beli di saham grup Prajogo tercermin dari kenaikan signifikan harga dan lonjakan volume transaksi yang berkali lipat dibanding rata-rata harian.

Sementara itu, saham perbankan papan atas seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terlihat bergerak datar bahkan sempat terkoreksi tipis di tengah euforia sektor energi. Padahal, ketiga bank besar ini dikenal sebagai andalan portofolio banyak investor institusi maupun ritel.

Data penutupan perdagangan Senin, 14 Juli 2025, mencatat IHSG menguat di zona hijau, terutama ditopang kenaikan saham energi, pertambangan, dan petrokimia. Sayangnya, sektor perbankan sebagai penopang utama kapitalisasi bursa justru sedikit tertahan lajunya. Beberapa analis melihat pergerakan datar saham bank besar ini wajar, mengingat aliran dana spekulasi sedang lebih condong ke saham-saham momentum dengan potensi cuan cepat.

Kondisi ini memunculkan pemandangan menarik: saat dana investor ritel membanjiri saham-saham Prajogo Pangestu, likuiditas saham bank besar justru sedikit berkurang. Beberapa trader harian yang biasanya masuk ke BBCA atau BBRI, kini terlihat lebih memilih saham-saham sektor energi dengan volatilitas tinggi. Fenomena ini sering disebut sebagai ‘rotasi sektor’, di mana investor memindahkan modal ke sektor yang sedang naik daun.

Meski demikian, analis pasar modal menekankan bahwa landainya pergerakan BBCA, BBRI, dan BMRI tidak berarti kinerjanya menurun. Saham perbankan tetap memiliki fundamental solid, ditopang kinerja keuangan yang konsisten mencatat pertumbuhan laba bersih, ekspansi kredit, dan rasio keuangan yang sehat.

Dalam laporan kuartalan terbaru, ketiga bank jumbo ini tetap menunjukkan kinerja apik. BBCA misalnya, mencatat pertumbuhan laba bersih di atas ekspektasi analis, ditopang kenaikan penyaluran kredit dan pendapatan berbasis komisi yang stabil. BBRI yang kuat di segmen mikro juga masih mencetak pertumbuhan kredit double digit, sementara BMRI menjaga momentum ekspansi ke sektor korporasi dan ritel.

Pergerakan datar saham bank saat ini lebih disebabkan faktor teknikal dan rotasi minat pasar jangka pendek. Beberapa analis melihat fenomena investor memburu saham momentum seperti BREN atau CUAN tidak akan berlangsung selamanya. Cepat atau lambat, portofolio investor besar akan kembali mengalir ke saham-saham berfundamental kokoh seperti perbankan.

Beberapa fund manager menyebut saham bank besar tetap menjadi ‘jangkar’ portofolio yang stabil. Saham bank berkapitalisasi raksasa seperti BBCA, BBRI, dan BMRI selalu masuk dalam keranjang blue chip, sehingga menjadi pilihan favorit bagi investor institusi. Ketika sentimen euforia di saham momentum mereda, saham-saham bank biasanya kembali diakumulasi karena risiko fluktuasi harganya relatif lebih rendah dibanding saham sektor siklikal.

Sementara itu, sebagian investor ritel justru memanfaatkan kondisi ‘tenang’ saham bank ini sebagai peluang akumulasi di harga diskon. Dengan strategi beli bertahap, mereka berharap bisa meraih keuntungan ketika rotasi modal kembali masuk ke sektor keuangan.

Pelaku pasar juga mencermati katalis makro yang mendukung sektor perbankan. Stabilnya kebijakan moneter Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang tetap positif, serta tren penurunan suku bunga global menjadi faktor yang menjaga prospek industri perbankan tetap cerah. Dalam jangka menengah, pendapatan bunga bersih dan fee based income bank masih akan menopang laba yang solid.

Di sisi teknikal, pergerakan harga BBCA, BBRI, dan BMRI masih berada dalam rentang support kuat. Beberapa analis teknikal memproyeksikan rebound bisa terjadi jika terjadi profit taking di saham-saham energi yang sudah reli terlalu tinggi. Ketika investor mulai merasa valuasi saham momentum mahal, aliran dana cenderung kembali ke saham bank yang valuasinya masih wajar.

Banyak trader senior menyebut saham bank sebagai ‘safe haven mini’ di bursa domestik. Meskipun tidak menjanjikan kenaikan harga spektakuler dalam semalam seperti saham momentum, pergerakannya lebih stabil. Saham bank juga rutin membagikan dividen, yang menjadi daya tarik tambahan bagi investor jangka panjang.

Rotasi sektor seperti saat ini bukan fenomena baru di pasar modal. Pada 2023 dan 2024, rotasi serupa juga pernah terjadi ketika saham teknologi melesat, membuat pergerakan saham bank agak stagnan. Namun, begitu tren hype di sektor teknologi mereda, investor perlahan-lahan kembali ke saham bank sebagai tulang punggung portofolio defensif.

Saham-saham Prajogo Pangestu memang sedang menikmati sorotan publik. Lonjakan permintaan energi bersih, proyek hilirisasi, serta tren investasi di petrokimia menjadi bahan bakar utama reli BREN, CUAN, dan BRPT. Namun, analis mengingatkan bahwa reli ekstrem seperti ini biasanya rawan profit taking tiba-tiba. Jika trader tidak disiplin, risiko terjebak di puncak harga bisa menjadi kerugian besar.

Di sisi lain, BBCA, BBRI, dan BMRI punya rekam jejak sebagai saham ‘penjaga’ kestabilan IHSG. Kapitalisasi pasar ketiganya begitu besar hingga pergerakannya sangat memengaruhi arah indeks. Karena itu, pelaku pasar jangka panjang sering menjadikan saham bank sebagai basis, lalu menempatkan sebagian modal di saham momentum untuk diversifikasi cuan.

Beberapa analis memproyeksikan, jika IHSG tetap bergerak di jalur penguatan, maka saham bank akan kembali menanjak secara bertahap. Katalis positif seperti rilis laporan keuangan semester I yang solid, serta distribusi dividen interim bisa menjadi pemicu rotasi modal balik ke sektor keuangan.

Menjelang pekan ketiga Juli ini, investor diingatkan untuk tetap memantau data ekonomi global dan arah kebijakan moneter. Fluktuasi nilai tukar rupiah, perkembangan inflasi, serta tensi geopolitik global juga bisa memengaruhi sektor perbankan dan bursa secara umum.

Bagi trader harian, momentum di saham-saham Prajogo Pangestu memang menggiurkan, tetapi risiko volatilitas tetap harus diperhitungkan. Bagi investor konservatif, mempertahankan porsi di saham bank seperti BBCA, BBRI, dan BMRI masih menjadi strategi defensif yang relevan, apalagi jika horizon investasinya menengah hingga panjang.

Dalam kondisi pasar yang dinamis seperti sekarang, manajemen risiko dan strategi rotasi sektor menjadi kunci menjaga portofolio tetap tumbuh sehat. Ketika hype saham momentum mereda, saham bank akan selalu siap menjadi jangkar kestabilan.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0