Franco Mastantuono Resmi Gabung Real Madrid Dan Acuhkan Ajakan Estevao Willian Bersaing Ballon d’Or
Wonderkid Argentina, Franco Mastantuono, resmi merapat ke Real Madrid dan menegaskan tak peduli dengan ajakan Estevao Willian untuk bersaing memperebutkan Ballon d’Or bersama Lamine Yamal di masa depan.

Real Madrid kembali memperlihatkan kebijakan agresifnya dalam merekrut talenta muda terbaik dunia. Franco Mastantuono, gelandang serang yang baru berusia 16 tahun, akhirnya resmi bergabung dengan klub ibu kota Spanyol itu. Pemain yang sebelumnya tampil memukau di River Plate ini digadang-gadang sebagai salah satu prospek emas Argentina setelah Lionel Messi. Keputusannya hijrah ke Madrid pun semakin menegaskan betapa seriusnya Los Blancos membangun generasi penerus di Santiago Bernabeu.
Sebelum terbang ke Spanyol untuk dikenalkan sebagai rekrutan anyar El Real, Mastantuono sempat menjalani sesi wawancara dengan TyC Sports, media olahraga kenamaan Argentina. Dalam perbincangan itu, jurnalis ternama Gaston Edul sempat menyinggung kabar menarik soal pernyataan Estevao Willian. Wonderkid asal Brasil yang belum lama ini digaet Chelsea itu sebelumnya sempat memancing perhatian publik dengan ucapannya soal masa depan Ballon d’Or.
Dalam wawancara terpisah bersama Diario AS, Estevao Willian secara terbuka menyebut ingin suatu hari nanti bisa bersaing memperebutkan Ballon d’Or bersama dua bintang muda Eropa lain: Franco Mastantuono dan Lamine Yamal. Nama terakhir tentu sudah dikenal publik sebagai bocah ajaib Barcelona yang menjadi salah satu aset berharga La Blaugrana di usia belia.
“Saya berharap bisa bersaing memperebutkan Ballon d’Or bersama Mastantuono dan Lamine Yamal,” ujar Estevao, penuh keyakinan, saat itu. Menurutnya, akan sangat menarik jika ketiganya yang seumuran bisa saling adu kemampuan memperebutkan gelar pemain terbaik dunia di masa mendatang.
Tentu pernyataan Estevao ini menegaskan ambisi dan percaya dirinya. Ia menaruh Mastantuono dan Lamine Yamal dalam daftar rival utama yang dianggap punya kualitas setara di lintas liga Eropa. Ketiganya memang lahir di generasi yang sama, di rentang usia 16–18 tahun, dan kini sama-sama membela klub raksasa Eropa. Bedanya, Mastantuono memilih Real Madrid, Estevao hijrah ke Chelsea, sementara Yamal setia pada akademi Barcelona.
Menariknya, Franco Mastantuono justru tidak terpancing menanggapi ajakan Estevao untuk berkompetisi di panggung Ballon d’Or. Dalam sesi wawancara bersama Gaston Edul, Mastantuono menegaskan bahwa ia tidak mau terbebani wacana semacam itu. Ia lebih memilih fokus meniti langkahnya di Real Madrid, menyesuaikan diri dengan suasana baru, dan bekerja keras demi menembus skuad utama.
Baginya, menjadi bagian dari Real Madrid di usia 16 tahun sudah merupakan tantangan besar. Ia paham bahwa jalan menuju sorotan dunia tidaklah instan, apalagi klub sebesar Madrid punya barisan pemain top di semua lini. Dengan karakter rendah hati yang jarang dimiliki pemain muda, Mastantuono justru menganggap ambisi Ballon d’Or bukan prioritas utamanya saat ini.
Pernyataan ini pun memperlihatkan kontrasnya sikap dua wonderkid Amerika Selatan tersebut. Jika Estevao berani menyebut nama dan berbicara lantang soal rivalitas masa depan, Mastantuono memilih meredam hiruk pikuk media. Bagi pemain asal Argentina itu, wacana meraih Ballon d’Or memang jadi impian setiap pemain, tetapi tidak perlu digembar-gemborkan terlalu dini.
Meski begitu, publik Argentina menilai sikap Mastantuono sangat mencerminkan budaya sepak bola negaranya. Banyak bintang asal Argentina, termasuk Lionel Messi di masa muda, juga dikenal lebih suka membuktikan kemampuan di lapangan daripada banyak berbicara di depan kamera. Bahkan Messi sendiri jarang secara gamblang menyebut target Ballon d’Or sebelum benar-benar meraihnya berkali-kali.
Langkah Mastantuono ke Madrid juga memperlihatkan betapa seriusnya Real Madrid menyiapkan regenerasi. Dalam beberapa musim terakhir, Los Blancos memang getol berburu talenta muda dari Amerika Selatan. Vinicius Junior, Rodrygo Goes, hingga Endrick adalah contoh nyata proyek transfer mereka yang sukses. Mastantuono kini diharapkan jadi potongan puzzle berikutnya, melengkapi generasi baru Madrid bersama Bellingham dan Guler.
Menariknya lagi, kabar penolakan halus Mastantuono terhadap wacana ‘persaingan Ballon d’Or’ dengan Estevao dan Yamal justru disambut positif fans Madrid. Bagi Madridistas, ini jadi sinyal bahwa Mastantuono datang dengan mental yang tepat. Ia tidak terbawa hype media, tetapi datang dengan tekad bekerja keras di lapangan latihan dan siap belajar dari senior-seniornya di Bernabeu.
Pelatih Madrid, yang kini sedang mempersiapkan rencana masa depan pasca era Ancelotti, tentu senang punya pemain muda dengan sikap dewasa seperti Mastantuono. Sebab di Madrid, tekanan publik dan media begitu besar. Tidak sedikit talenta muda yang gagal berkembang gara-gara terbuai pemberitaan dan pujian sejak awal.
Dari kubu Chelsea, Estevao Willian juga tetap yakin dengan ucapannya. Bagi remaja asal Brasil tersebut, berbicara soal ambisi bukan berarti meremehkan lawan. Ia justru merasa dengan terus menyebut nama rival, motivasinya akan tetap terjaga. Namun publik pun menilai, di luar ucapan, pembuktian tetap harus terjadi di lapangan.
Di sisi lain, Lamine Yamal yang namanya juga disebut Estevao pun memilih fokus di Barcelona. Wonderkid kebanggaan Catalan ini pelan-pelan mencatatkan rekor di La Liga dengan usia termuda yang debut bersama Barca. Sama seperti Mastantuono, Yamal jarang berkomentar soal persaingan Ballon d’Or, meski ia tahu bahwa media sudah membanding-bandingkan ketiganya.
Kini, Franco Mastantuono sudah mendarat di Madrid untuk menjalani serangkaian proses perkenalan resmi. Banyak yang penasaran apakah ia akan langsung diproyeksikan ke tim utama atau lebih dulu ditempa di Real Madrid Castilla, akademi kebanggaan Los Blancos yang selama ini melahirkan nama besar. Dengan usianya yang masih sangat belia, kemungkinan besar Mastantuono akan berproses bertahap agar matang secara mental dan fisik.
Yang jelas, sikap Mastantuono yang menolak larut dalam drama ‘adu Ballon d’Or’ jadi bukti dia tak mau terjebak ekspektasi kosong. Ia ingin pembicaraan tentang dirinya berfokus pada performa nyata, bukan sekadar wacana yang belum tentu terwujud. Jalan masih panjang, tetapi ia sudah menegaskan langkah pertamanya: bersaing sehat, rendah hati, dan bekerja keras demi mewujudkan mimpi di Santiago Bernabeu.
What's Your Reaction?






