AC Milan Sering Gagal Rekrut Pemain Tua Tetapi Dua Perekrutan Terakhir Justru Berbuah Manis
AC Milan sering dikritik karena strategi mendatangkan pemain yang sudah menua, namun belakangan dua transfer pemain senior justru memberikan dampak positif. Luka Modric, bintang Real Madrid, disebut-sebut bakal menjadi nama besar berikutnya.

AC Milan, salah satu klub raksasa Italia yang memiliki sejarah panjang penuh prestasi, kembali menjadi sorotan publik setelah rumor tentang ketertarikan mereka mendatangkan Luka Modric mencuat ke permukaan. Modric yang saat ini sudah memasuki usia 40 tahun, masih bermain untuk Real Madrid dan menjadi salah satu gelandang dengan visi bermain luar biasa meski tak lagi muda. Namun, keinginan Milan memboyong pemain veteran bukanlah hal baru, sebab Rossoneri punya sejarah panjang mendatangkan bintang berusia senja dengan hasil yang kerap tak sesuai harapan.
Dalam perjalanan panjangnya, AC Milan beberapa kali dianggap gagal dalam urusan merekrut pemain berusia di atas 30 tahun. Langkah ini kerap dikritik banyak pihak, apalagi saat hasil di lapangan tak mendukung. Para pendukung dan pengamat sering mempertanyakan arah kebijakan manajemen yang masih gemar berburu nama besar yang masa keemasannya dianggap sudah lewat. Tak jarang, pemain-pemain senior tersebut hanya memberi kontribusi minimal, sementara gaji mereka justru membebani keuangan klub.
Beberapa nama masih lekat di ingatan publik. Milan pernah mendatangkan Fernando Torres dari Chelsea pada musim panas 2014 dengan status pinjaman. Saat itu, Torres datang dengan harapan mampu mengembalikan ketajaman di lini depan Rossoneri. Sayangnya, eks striker Liverpool itu gagal bersinar dan hanya mencetak satu gol dari 10 penampilan di Serie A. Akhirnya, kerja sama antara kedua pihak tak bertahan lama.
Selain Torres, Milan juga pernah merekrut Kevin-Prince Boateng untuk kedua kalinya pada 2016. Namun, pemain asal Ghana tersebut tak lagi dalam kondisi terbaik dan akhirnya hanya menjadi pelapis tanpa kontribusi signifikan. Begitu pula dengan Michael Essien yang sempat digadang-gadang bisa memperkokoh lini tengah Milan. Essien yang direkrut pada Januari 2014 dari Chelsea tak mampu menampilkan performa seperti saat masih berjaya di Premier League.
Contoh lain kegagalan Milan mendatangkan pemain tua terjadi pada sosok Alessandro Matri. Meski tidak setua nama-nama sebelumnya, Matri yang kala itu pulang ke Milan pada usia 29 tahun tetap gagal memenuhi ekspektasi. Ia hanya mencetak satu gol dalam 15 penampilan Serie A bersama Rossoneri, sebelum kemudian dipinjamkan ke beberapa klub Serie A lainnya.
Kegagalan-kegagalan tersebut membuat publik pesimis setiap kali AC Milan kembali dikaitkan dengan pemain berusia senja. Namun, di balik catatan suram itu, ada dua perekrutan terbaru yang justru membawa hasil positif dan membuat kebijakan mendatangkan pemain senior layak dipertimbangkan kembali.
Zlatan Ibrahimovic adalah contoh paling nyata. Penyerang asal Swedia tersebut datang kembali ke San Siro pada musim dingin 2020 dalam usia 38 tahun. Banyak yang meragukan kemampuannya untuk bersaing di level tertinggi Serie A. Namun, Ibrahimovic menjawab keraguan tersebut dengan penampilan luar biasa. Ia menjadi pemimpin di ruang ganti, memberi dampak besar bagi mentalitas skuad muda Milan, dan tetap produktif di depan gawang lawan. Keberadaan Ibra di lapangan memberi efek domino yang luar biasa, termasuk mengembalikan kepercayaan diri Milan untuk bersaing di papan atas Serie A dan akhirnya menjuarai liga pada musim 2021/2022.
Selain Ibrahimovic, nama Olivier Giroud juga patut disorot. Striker Prancis itu bergabung dengan Milan pada 2021 saat usianya sudah 34 tahun. Sama seperti Ibrahimovic, banyak pihak menduga Giroud hanya akan menjadi pelapis. Namun, mantan striker Arsenal dan Chelsea ini justru menjadi salah satu kunci penting dalam keberhasilan Rossoneri mengakhiri puasa gelar Serie A. Ketajamannya di momen-momen penting menjadi pembeda, termasuk gol-gol krusial yang mengamankan poin penuh dalam laga penentuan.
Kesuksesan Ibrahimovic dan Giroud membuat Milan kini lebih percaya diri jika harus mengambil risiko mendatangkan bintang veteran. Luka Modric, jika benar-benar bergabung, bisa menjadi tambahan pengalaman dan kualitas di lini tengah. Modric bukan hanya sekadar gelandang tua, tapi seorang pemenang Ballon d’Or yang masih menjadi andalan di tim sebesar Real Madrid. Pengalamannya di panggung Liga Champions, kemampuan mengatur tempo permainan, serta jiwa kepemimpinannya bisa menambah kedalaman skuad Stefano Pioli.
Tentu saja, Milan tidak boleh gegabah. Modric jelas bukan Ibrahimovic atau Giroud. Gelandang asal Kroasia ini punya gaya bermain berbeda yang mengandalkan kebugaran fisik dan kreativitas di lapangan tengah. Milan harus memastikan Modric benar-benar siap secara fisik agar tidak hanya menjadi pemain bintang yang duduk di bangku cadangan.
Selain itu, Milan juga perlu belajar dari pengalaman pahit di masa lalu. Membeli pemain berusia di atas 35 tahun butuh perhitungan matang. Klub harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan mendesak di lapangan dan dampak jangka panjang pada pengeluaran gaji. Apalagi, saat ini Milan tengah menata ulang pondasi klub untuk bisa bersaing secara finansial dan sportif di Eropa.
Menariknya, rumor kedatangan Modric muncul di tengah upaya Milan memperkuat skuad dengan talenta muda. Stefano Pioli memang mengandalkan pemain-pemain berusia di bawah 25 tahun di hampir semua lini. Namun, kehadiran satu sosok senior yang punya mental juara dipercaya dapat membantu para pemain muda berkembang lebih cepat. Inilah yang terjadi saat Ibrahimovic kembali, dan hal serupa diharapkan muncul andai Modric benar-benar mengenakan seragam merah-hitam.
Dari sisi brand, mendatangkan Modric juga punya nilai strategis. Kehadirannya bisa mendongkrak popularitas klub di mata sponsor, membuka peluang kerja sama baru, dan memperluas pasar internasional, terutama di kawasan Eropa Timur dan Balkan yang punya basis penggemar Modric. Kombinasi performa di lapangan dan nilai komersial menjadi paket lengkap yang sangat menarik untuk klub sekelas Milan.
Spekulasi ini pun menimbulkan reaksi beragam dari para tifosi. Ada yang mendukung penuh langkah berani manajemen, mengingat reputasi Modric yang masih sangat baik. Namun, tidak sedikit pula yang skeptis, mengingat usia Modric yang sudah kepala empat. Mereka khawatir Milan kembali terjebak pola lama: mendatangkan nama besar hanya untuk duduk di bangku cadangan atau menambah panjang daftar cedera.
Apapun keputusan akhirnya, rumor Modric ini menunjukkan bahwa AC Milan masih berusaha menemukan keseimbangan antara pengalaman dan semangat muda di skuadnya. Kombinasi pemain veteran bermental baja dengan talenta muda berbakat adalah formula yang terbukti manjur di beberapa klub Eropa. Jika dieksekusi dengan tepat, Milan bisa kembali menjadi kekuatan dominan, bukan hanya di Serie A, tapi juga di pentas Eropa.
Menarik dinantikan bagaimana kelanjutan rumor ini. Apakah Luka Modric benar-benar akan pindah ke San Siro untuk menutup kariernya dengan seragam Rossoneri? Atau justru Milan akan kembali menaruh harapan pada darah muda untuk melanjutkan kebangkitan mereka? Satu hal pasti, sejarah perekrutan pemain tua di Milan selalu penuh drama, kegagalan, dan kejutan manis di saat yang tak terduga.
What's Your Reaction?






